Rabu, 13 Januari 2016

Tugas MKI

Makalah

Pendahuluan
Penggunaan bahasa oleh penutur bahasa, bermakna dan mengacu pada suatu peristiwa, tindakan, benda, dan keadaan. Penutur bahasa selalu menggunakan bahasa dalam menyampaikan pikiran dan gagasan yang mengiringi tindakannya. Demikian halnya dalam pengungkapan peristiwa budaya dan semua aspek kehidupan, penutur bahasa menggunakan potensi bahasa. Bahasa dapat merefleksikan warna budaya suatu komunitas masyarakat. Oleh karena itu, eksistensi suatu bahasa sering dihubungkan dengan eksistensi budaya. Suatu hal yang bersifat universal bahwa kebudayaan merupakan hasil hubungan manusia dengan alamnya yang dilatarbelakangi oleh adat kebiasaan setempat. Kajian bahasa untuk memperoleh pemahaman budaya penuturnya berawal dari asumsi bahwa bahasa berkaitan erat dengan budaya penuturnya. Dengan asumsi tersebut, bahasa bisa menjadi penambah jalan untuk membuka cakrawala terhadap budaya tertentu (Aji, 2010:87). Sistem yang dimiliki oleh setiap suku bangsa memiliki kekhasan tersendiri sebagai sistem pola hidup seperti bahasa, religi, sosial dan mata pencaharian. Beberapa nama makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa dapat ditelusuri asal-usul penamaannya. Dasar penamaan menurut Chaer (1995:43) dasar penamaan tersebut adalah peniruan bunyi, maksudnya pemberian nama pada makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cicak karena bunyinya “cak, cak, cak”. Di samping itu dasar penamaan adalah keserupaan, maksudnya pemberian nama pada makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa itu dapat dilakukan melalui keserupaan benda tersebut, seperti: kue terang bulan, permen payung, permen kelereng dan sebagainya. Selanjutnya dasar penamaan adalah tempat asal, maksudnya pemberian nama pada makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa itu dapat dilakukan melalui tempat di mana benda tersebut ditemukan, seperti: jeruk bali, petis madura, dan asam jawa. Makanan dan jajanan tradisional merupakan pangan khas dari nenek moyang dan biasanya digunakan untuk acara atau tradisi. Makanan tradisional disebut juga sebagai makanan pasar karena makanan tradisional pada waktu dulu banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional. Pada zaman modern, pasar tidak hanya menjual makanan tradisional, melainkan banyak makanan dan jajanan modern antara lain: rainbowcake, quick chiken, hot dog, dan pizza. Makanan dan jajanan tradisional sekarang jarang sekali ditemukan, karena adanya perubahan zaman. Sebagian masyarakat menganggap makanan dan jajanan tradisional adalah panganan yang sudah ketinggalan zaman, sehingga makanan dan jajanan tradisional tersebut banyak yang ditinggalkan oleh masyarakat, dan mulai beralih pada kehidupan modern. Padahal makanan dan jajanan tradisional sendiri adalah salah satu bentuk wujud warisan nenek moyang yang seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan dari generasi penerus. Mengenai istilah makanan tradisional masuk dalam bidang makanan tradisional karena memiliki makna yang sesuai dengan bidangnya.
Penelitian ini membahas tentang pemakaian istilah-istilah Tiwul sebagai makanan tradisional pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum. Kajian linguistik yang digunakan adalah kajian etnolinguistik, yaitu subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor etnis (Soeparno, 2002:25). Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan (KBBI, 2001:309). Dari fenomena-fenomena tersebut penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai pemakaian istilah Tiwul sebagai makanan tradisional pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum sangat menarik dan perlu untuk dikaji. Selain itu, makanan tradisional juga mengandung beragam keunikan di bidang etnolinguistik. Mengacu pada fenomena yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dirumuskan masalah, agar penelitian ini mengarah dan mengena pada tujuan.
1) Apa saja istilah Tiwul sebagai makanan tradisional pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum?
2) Bagaimanakah deskripsi hubungan istilah makanan dan jajanan tradisional dengan tradisi pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum?
Sesuai dengan permasalahan yang ada, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk istilah dalam Tiwul sebagai makanan tradisional pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum, kemudian mendeskripsikan hubungan istilah makanan dan jajanan tradisional dengan tradisi pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum.













Tinjauan Pustaka
Tiwul merupakan makanan yang berbahan dasar singkong. Makanan ini awalnya hanya dibuat oleh masyarakat suku jawa dengan memanfaatkan tanaman singkong yang tidak layak jual. Mereka memanfaatkannya dengan membuatnya sebuah makanan yang enak dan ada khasiatnya.
Nasi Tiwul adalah makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon atau singkong. Penduduk Pegunungan Kidul (Pacitan, Wonogiri, Gunung Kidul) dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari. Tiwul dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tiwul dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan, dan lain sebagainya. Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok sebagian penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Memang tiwul terkesan sebagai makanan NDESO, tapi tidak untuk sekarang. Namun Tiwul sudah tersebar diseluruh tanah air Indonesia dan setiap daerah mempunyai ciri khas Tiwul tersendiri. Tiwul merupakan makanan pengganti beras karena masyarakat Indonesia saat itu tidak sempat untuk bercocok tanam apalagi harus bertani. Tidak heran jika di seluruh daerah terutama di daerah jawa terdapat makanan tradisional yang berupa Tiwul.
Metode penelitian digunakan untuk membimbing peneliti menuju pemecahan masalah. Metode penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti terdiri dari beberapa tahapan. Menurut Sudaryanto (1993:3) ada tiga tahapan yaitu, a) tahap penyediaan data, b) tahap analisis data, dan c) tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam tahap penyediaan data, yaitu metode observasi dan metode cakap. Metode cakap (wawancara) teknik dasarnya adalah teknik pancing, maksudnya peneliti harus dengan segenap kecerdikan dan kemampuannya mememancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara, dan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan (Sudaryanto, 1988:7). Dalam teknik sadap ini peneliti mendapatkan data dengan menyadap penggunaan bahasa tuturan yang terjadi antarmasyarakat dan diikuti dengan teknik lanjutan. Teknik lanjutan metode cakap adalah teknik cakap semuka (CS), teknik rekam, dan teknik catat. Tahap yang kedua adalah tahap analisis data yaitu metode deskriptif. Hasil dari analisis ini akan menjadi deskripsi jawaban dari masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu tentang pemakaian istilah makanan dan jajanan tradisional pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum. Selain itu, juga menggunakan metode padan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik dasar berupa teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dan yang digunakan hanya teknik padan referensial. Teknik padan referensial digunakan untuk membagi satuan lingual kata dan frasa menjadi berbagai jenis dan fungsi untuk makna leksikal. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penyajian analisis data. Metode penyajian hasil analisis data ada dua, yaitu metode formal dan informal (Sudaryanto, 1993:145). Metode formal adalah perumusan dengan tanda atau lambang-lambang atau an artificial language. Tanda yang dimaksud adalah kurung kurawal ({...}), kurung siku ([...]), kurung biasa ((...)), dan tanda kurung miring (/.../). Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa atau melalui susunan kalimat yang disebut dengan natural language (Sudaryanto, 1993:145). Berdasarkan uraian singkat tersebut, hasil analisis data penelitian ini dipaparkan dengan menggunakan metode penyajian formal dan informal dengan teknik natural language serta artificial language yaitu dianalisis dengan menggunakan rangkaian kata-kata biasa dan penggunaan lambang tertentu.




















Pembahasan
Tiwul sebagai makanan tradisional pada masyarakat di Kecamatan Ringinarum. Istilah makanan tradisional dalam penelitian ini diantaranya dapat berupa kata, frasa yang memiliki makna. Data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan hal yang menjadi acuan serta konteks yang disertai referen. Hal tersebut untuk mengetahui beberapa istilah makanan tradisional atau nama-nama makanan tradisional menurut klasifikasinya. Adapun contoh istilah makanan dan jajanan tradisional yang peneliti temukan.  terdapat pula contoh lain yang dapat peneliti jelaskan yaitu berupa kata dan frasa. Berikut istilah-istilah makanan dan jajanan tradisional dalam bentuk kata yang peneliti temukan. Frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Istilah makanan dan jajanan tradisional juga terdapat yang berbentuk frasa. Berikut istilah-istilah makanan dan jajanan dalam bentuk frasa yang peneliti temukan.
Dasar penamaan makanan dan jajanan tradisional di antaranya ada yang berdasarkan bahan yang digunakan, proses pembuatannya, sifat benda, peniruan bunyi, dan keserupaan benda lain yang menyerupai wujud benda tersebut. Adapun contoh istilah makanan dan jajanan tradisional yang peneliti temukan sebagi berikut.. Penjelasan beberapa istilah makanan dan jajanan tradisional tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Istilah Tiwul adalah panganan yang dibuat dari singkong, berbentuk bulat-bulat kecil, dicampur gula merah dan dikukus, dimakan dengan parutan kelapa. Bahan yang digunakan Tiwul dalam istilah jajanan tradisional adalah sebagai berikut: Gaplek dan Tiwul. Istilah Tiwul tersebut termasuk kata benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata yang/ sing (Jawa) + kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Anang nggodog Tiwul sing manis. Jadi, istilah Tiwul tersebut dapat dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan Tiwul tersebut berdasarkan bentuknya bulat kecil dan bertabur dengan parutan kelapa, sehingga jajanan tersebut dinamakan Tiwul.
Ketela pohon , atau yang lebih dikenal dengan Singkong atau ubi kayu, merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 5-10 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya serat dan karbohidrat namun miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya.
Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka. Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu secara ilmiah mempunyai klasifikasi:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Upafamili: Crotonoideae
Bangsa: Manihoteae
Genus: Manihot
Spesies: Manihot esculenta
Dalam bahasa daerah di Indonesia antara lain dinamakan :
• Jawa : tela, pohong
• Sunda : sampeu
• Madura : sabreng, tela belada
• Papua : pangala
• Aceh : ubi kayee
• Makassar : lame kayu
Dalam bahasa asing dinamakan:
• Inggris : cassava
• Malaysia : ubi kayu
• Filipina : kamoteng kahoy, balanghoy
• Thailand : sampalang
• Vietnam : củ sắn, khoai mì
• Srilanka : manioc
• India : kappa
• China : mushu
• Brazil : mandioca, aipim, macaxera
• Afrika-Swahili : mogo, mihogo
a. Singkong Manggu
Singkong manggu berasal dari Jawa Barat yang telah dikenal sejak lama dan mempunyai diameter batang 4 – 5 cm. Jenis singkong yang satu ini bisa dikonsumsi karena mempunyai rasa yang enak, manis, dan dapat diolah menjadi beragam makanan. Singkong manggu mudah ditanam, mudah dikupas, dagingnya empuk, dan renyah serta mempunyai kadar pati yang tinggi.
b. Singkong Kuning atau Singkong Mentega
Singkong ini mempunyai tekstur lebih kenya dan legit serta warna yang kuning. Masakan yang dibuat menggunakan singkong ini mempunyai warna yang cantik dan menggugah selera. Singkong kuning sering dibuat menjadi tape singkong dengan rasa yang manis dan warna kuning yang cantik.
c. Singkong Gajah
Singkong ini berasal dari Kalimantan Timur dan mempunyai umbi yang besar dengan diameter 8 cm. Ketela yang satu ini bisa dikonsumsi dan mempunyai rasa yang gurih seperti mengandung mentega. Singkong ini dijadikan tepung dan bahan baku bioetanol. Singkong gajah memiliki umbi yang berat, mudah ditanam, dan bisa langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti beras dengan rasa ketan.
d. Singkong Putih
Singkong putih memiliki tekstur yang lebih keras dan warna yang putih. Singkong yang satu ini cocok untuk aneka resep yang memakai teknik rebus atau kukus seperti kolak singkong, sup singkong daging, dan lain sebagainya.
e. Singkong Mukibat
Singkong mukibat berasal dari Jawa Timur yang ditemukan oleh Mukibat, seorang petani di desa Ngadiluwih, Kediri. Singkong mukibat merupakan hasil dari okulasi atau penyambungan antarbatang. Mukibat pertama kali membudidayakan singkong ini dengan cara menyambung singkong biasa dengan singkong karet. Biasanya, umbi singkong mukibat diambil patinya untuk diolah sebagai bioetanol.
f. Singkong Emas
Jenis singkong ini merupakan rekayasa bibit singkong dari Thailand yang dikawinkan dengan singkong karet lokal. Umbi ini pertama kali diperkenalkan di Bengkulu dan ditanam oleh petani Bengkulu. Umbi singkong emas ini bisa diolah pabrikasi menjadi beragam produk jadi seperti tepung terigu, minyak kompor, spirtus, bahan pembuat jamu hingga pakan ternak.
a. Alat dan Bahan
1. Singkong
2. Bak (berukuran agak besar tergantung banyaknya singkong yang akan diginakan)
3. Alat pemeras singkong
4. Wadah (misal karung)
5. Lumpang (alat penumbuk sederhana) dan kayu penumbuk
6. Irik
b. Cara Pembuatan
1. Mula-mula kupas terlabih dahulu singkong yang akan digunakan.
2. Jemur hingga kering
3. Setelah singkong kering, kemudian singkong derendam didalam bak selama kurang lebih sehari semalam
4. Setelah singkong direndam selama kurang lebih sehari semalam, kemudian singkong dimasukkan kedalam karung dan ditiriskan dengan cara di tekan dengan alat pemeras tiwul terlebih dahulu
5. Tumbuk sedikit demi sedikit singkong hingga halus yang telah ditiriskan dengan menggunakan lumpang sederhana
6. Setelah ditumbuk sampai halus, kemudian dibuat butiran kecil-kecil dengan cara menekan sambil menggoyangkan tangan diatas irik bambu, sehingga terbantuklah butiran-butiran kecil
7. Kemudian dijemur setengah kering
8. Dan tiwul siap untuk diolah.
Menurut klasifikasinya serta asal-usul dan hubungan makanan dan jajanan tradisional dengan tradisi yang ada di masyarakat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Tradisi atau upacara merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya (Purwadi, 2005:1). Ada cara atau mekanisme tertentu dalam tiap masyarakat untuk memaksa tiap warganya mempelajari kebudayaan yang didalamnya terkandung norma-norma serta nilai kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat yang bersangkutan. Tradisi mengandung nilai filsafat yang tinggi dengan menggunakan berbagai makanan dan jajanan tradisional yang berbeda-beda dengan suatu harapan yang baik. Masyarakat Ringinarum merupakan masyarakat multikultural, multientik, dan multibahasa. Penduduk Ringinarum beragam. Mayoritas adalah Suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas Suku lainnya. Suku Jawa merupakan penduduk asli Kecamatan Ringinarum dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan BO, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua. Dalam kondisi yang demikian, masyarakat di Kecamatan Ringinarum dapat digolongkan dalam masyarakat campuran. Dalam hal ini, akan membawa dampak pada kondisi kebahasaannya, dari masing-masing bahasa tersebut memiliki variasi yang berbeda-beda. Bukan hanya dalam kebahasaan saja, tetapi memilki tradisi atau upacara yang bervariasi. Masyarakat di Kecamatan Ringinarum memiliki beberapa bentuk tradisi yang dilakukan sampai sekarang, khususnya pada masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Ringinarum. Tradisi yang ada di Kecamatan Ringinarum tersebut diantaranya: Tradisi pindah rumah (rumah baru), tradisi lamaran (meminang), tradisi perkawinan, tradisi bersih desa.

a. Nutrition and You pernah menulis bahwa singkong memiliki jumlah kalori dua kali lipat dari kentang. Tak heran mengingat singkong merupakan salah satu makanan pokok yang kaya akan karbohidrat. Dalam 100 gram singkong, mengandung 160 kalori, sebagian besar terdiri dari sukrosa.
b. Singkong merupakan sumber vitamin B kompleks dan kelompok vitamin seperti folates, thiamin, piridoksin (vitamin B-6), riboflavin, dan asam pantotenat. Peran riboflavin ini membantu pertumbuhan tubuh dan memproduksi sel darah merah untuk mengurangi anemia.
c. Singkong juga memiliki kandungan protein yang tinggi dibandingkan ubi, kentang dan pisang. Tentu ini cocok bagi Anda yang sedang berlatih daya tahan otot.
d. Singkong mengandung banyak mineral penting bagi tubuh, diantaranya seng, magnesium, tembaga, dan besi. Bahkan jumlah kalium pada singkong cukup memenuhi kebutuhan tubuh.
e. Mengobati berbagai penyakit antara lain reumatik, demam, luka, diare, cacingan, sakit kepala bahkan meningkatkan stamina.






Penutup
Tiwul merupakan makanan yang berbahan dasar singkong. Makanan ini awalnya hanya dibuat oleh masyarakat suku jawa dengan memanfaatkan tanaman singkong yang tidak layak jual. Mereka memanfaatkannya dengan membuatnya sebuah makanan yang enak dan ada khasiatnya. Di masa penjajahan Jepang dahulu, nasi yang berasal dari tanaman singkong merupakan suatu kemewahan tersendiri. Kalangan rakyat kebanyakan mengganti nasi dengan bahan dari singkong yang disebut dengan nasi tiwul. Namun tidak hanya saat penjajahan, nasi tiwul ini masih menjadi makanan pokok di beberapa daerah seperti Gunungkidul karena sulitnya menanam padi di daerah tersebut. Nasi tiwul mempunyai rasa tersendiri yang khas dan berbeda dari nasi putih pada umumnya, dan cocok untuk dimakan sebagai selingan bagi Anda yang ingin variasi
Di masa sekarang makanan tradisional yang bernama Tiwul kini sudah jarang dibuat oleh masyarakat jaman sekarang. Namun di suatu desa yang sulit mendapatkan makanan pokok yang berupa nasi dan masih mengandalkan makanan nasi tiwul sebagai makanan pokok. Alangkah baiknya jika di setiap daerah terutama masyarakat jawa lebih melestarikan makanan tradisional yang bernama tiwul ini. Karena tiwul memang berbentuk seperti itu saja dan menjadi kurang diminati oleh anak muda jaman sekarang. Padahal tiwul merupakan jajanan yang terbilang sehat dan tanpa bahan pengawet. Tiwul akan lebih di minati oleh kalangan muda jika diperkenalkan sejak dini.  Bisa diperkenalkan lewat sekolahan atau suatu tradisi yang ada di desanya. Jika dari segi pengenalan yang baik maka akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih kreatif dan inovatis sehingga makanan tradisional ini tidak tersapu oleh majunya jaman.









Chaer, A. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, G. 1980. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Artikel cara pembuatan nasi tiwul dan jenis-jenis singkong
TIWUL SEBAGAI MAKANAN KHAS INDONESIA _ eraanjarwati
Mengupas Tentang Tiwul, Makanan Khas Gunungkidul _bonus resep cara membuatnya_ _ Aneka Resep dan Cara Masak ™

Purwadi. 1990. Pedoman Umum Pembentuk Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

1 komentar: